Apa Itu Muqri’? Memahami Peran, Syarat, dan Keutamaannya dalam Ilmu Qira’at

Apa Itu Muqri’? Memahami Peran, Syarat, dan Keutamaannya dalam Ilmu Qira’at

Dalam tradisi keilmuan Islam, terdapat sejumlah istilah teknis yang memiliki kedalaman makna dan menunjukkan hierarki ilmu yang sangat teratur. Salah satu istilah yang sering muncul dalam kajian Al-Qur’an adalah muqri’. Meskipun istilah ini tidak asing bagi kalangan santri, penuntut ilmu Al-Qur’an, maupun para pengkaji ilmu qira’at, namun bagi sebagian masyarakat istilah ini belum sepenuhnya dipahami secara utuh. Oleh sebab itu, memahami makna muqri’, kedudukannya, serta perannya dalam menjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an adalah sesuatu yang penting, terutama di era modern ketika kegiatan talaqqi dan sanad semakin digencarkan kembali.

Artikel ini akan menjelaskan secara komprehensif tentang pengertian muqri’, perbedaannya dengan qari’ dan hafizh, syarat-syarat menjadi seorang muqri’, hingga perannya dalam menjaga otoritas bacaan Al-Qur’an sepanjang sejarah. 

1. Pengertian Muqri’ dalam Bahasa dan Istilah

Secara etimologis, istilah muqri’ (المقرئ) berasal dari akar kata qara’a yang berarti membaca. Secara bahasa, muqri’ berarti seseorang yang membaca atau mengajarkan bacaan. Namun dalam tradisi keilmuan Islam, istilah muqri’ memiliki makna yang jauh lebih spesifik daripada sekadar orang yang membaca Al-Qur’an.

Baca Juga : Sedang Mencari Grup Setoran Hafalan Qur'an Virtual Harian Tanpa Biaya? Yuk Gabung di Sini Saja!

Secara terminologis, muqri’ berarti seorang ahli Al-Qur’an yang menguasai qira’at, mampu membaca dengan kaidah tajwid yang benar, serta memiliki sanad bacaan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ. Gelar ini diberikan kepada seseorang yang telah mendapatkan ijazah dari guru bersanad dan dinyatakan layak untuk mengajar, menyimak bacaan murid, serta memberikan ijazah kepada generasi berikutnya.

Dengan demikian, seorang muqri’ bukan sekadar guru mengaji dalam pengertian umum, melainkan penjaga otoritas bacaan Al-Qur’an, pengamal tradisi talaqqi, serta penghubung sanad ilmiah antar generasi.

2. Perbedaan Muqri’ dengan Qari’, Hafizh, dan Mu’allim

Dalam masyarakat, sering terjadi kekeliruan dalam memahami istilah yang berkaitan dengan pengajar Al-Qur’an. Berikut penjelasan perbedaan beberapa istilah penting:

a. Qāri’ (قارئ)

Qari’ adalah orang yang membaca Al-Qur’an. Siapa pun yang membaca Al-Qur’an, fasih atau tidak, dapat disebut qari’. Istilah ini sangat umum dan tidak menunjukkan kedalaman keilmuan tertentu.

b. Hāfizh (حافظ)

Hafizh adalah penghafal Al-Qur’an secara penuh, yaitu seseorang yang hafal 30 juz secara mutqin. Seorang hafizh dapat saja menjadi qari’ yang baik, namun tidak otomatis menjadi muqri’.

Baca Juga : Terbukti Ampuh! Inilah 6 Cara Belajar Tahsin dan Tajwid dengan Mudah dan Cepat

c. Mu’allim (معلّم)

Mu’allim adalah guru atau pengajar Al-Qur’an secara umum. Ia dapat mengajarkan bacaan atau hafalan, meski belum tentu memiliki sanad qira’at.

d. Muqri’ (مقرئ)

Muqri’ adalah tingkatan tertinggi. Ia bukan hanya mampu membaca dan mengajarkan, tetapi juga memiliki sanad bacaan, telah melewati proses talaqqi yang panjang, mengetahui perbedaan qira’at, berhak memberikan ijazah.

Dengan demikian, setiap muqri’ adalah qari’, tetapi tidak setiap qari’ adalah muqri’.

3. Syarat Menjadi Seorang Muqri’

Untuk mencapai derajat muqri’, seseorang harus melalui proses panjang yang mencakup aspek hafalan, penguasaan ilmu, adab, dan legitimasi sanad. Berikut syarat utama yang lazim dipenuhi seorang muqri’:

3a. Menguasai ilmu tajwid teori dan praktik

Ia harus memahami seluruh kaidah tajwid: makhraj, sifat huruf, ahkamul madd, idgham, ikhfa’, serta aturan lanjutan seperti tahqiq, hadr, dan tartil.

3b. Menghafal Al-Qur’an secara mutqin

Seorang muqri’ umumnya adalah hafizh, sebab mengajarkan Al-Qur’an bersanad menuntut hafalan yang kuat dan bacaan yang stabil.

3c. Talaqqi kepada guru bersanad

Talaqqi adalah tradisi membaca langsung di hadapan guru, seperti para sahabat membaca di hadapan Rasulullah ﷺ. Ini menjadi syarat utama seseorang diakui sebagai muqri’.

3d. Mendapatkan ijazah qira’at

Ijazah adalah tanda bahwa guru mengakui muridnya telah mencapai kualitas bacaan yang benar dan berhak mengajarkan bacaan tersebut. Silsilahnya harus bersambung hingga Nabi ﷺ.

3e. Memahami perbedaan qira’at

Muqri’ wajib memahami variasi qira’at yang mutawatir, bukan hanya riwayat populer seperti Hafsh ‘an ‘Asim.

3f. Memiliki adab dan akhlak seorang pengajar Al-Qur’an

Ilmu Al-Qur’an diwariskan dengan adab; tanpa akhlak yang luhur, seseorang tidak dianggap layak memegang amanah sanad.

Baca Juga : Mengapa Kelas Tahsin Bersanad Layak Dicoba untuk Mengasah Kemampuan Membaca Al-Quran?

4. Peran Muqri’ dalam Penjagaan Bacaan Al-Qur’an

Sejak masa sahabat hingga era modern, para muqri’ memiliki peran strategis sebagai penjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an. Tugas mereka tidak hanya mengajarkan bacaan, tetapi juga memastikan bahwa bacaan tersebut tetap otentik, tanpa perubahan sedikit pun.

a. Mengajarkan Al-Qur’an langsung dengan pendengaran

Muqri’ menyimak setiap huruf yang dibaca murid, memperbaiki kesalahannya, serta memastikan pengucapan makhraj dan sifat huruf tepat sesuai tradisi periwayatan.

b. Menjaga kesinambungan sanad qira’at

Tanpa muqri’, sanad qira’at tidak akan bertahan. Para muqri’ inilah yang menghubungkan generasi hari ini dengan para tabi’in, sahabat, dan Rasulullah ﷺ.

c. Memberikan ijazah kepada murid yang layak

Ijazah memastikan bahwa murid telah memenuhi standar bacaan, sehingga ia berhak mengajar orang lain.

d. Menjadi rujukan dalam masalah bacaan dan qira’at

Dalam perbedaan bacaan, muqri’ berperan sebagai otoritas ilmiah yang memverifikasi kebenaran suatu riwayat atau praktik qira’at.

e. Memelihara adab dan tradisi talaqqi

Talaqqi bukan hanya metode pembelajaran, tetapi juga transfer nilai dan adab. Hal ini tidak akan terlestarikan tanpa keberadaan muqri’.

5. Tokoh-Tokoh Muqri’ Terkemuka dalam Sejarah

Sepanjang sejarah, terdapat banyak muqri’ besar yang menjadi rujukan dunia Islam, seperti:

  • Imam Nafi‘ al-Madani
  • Imam Ibn Kathir al-Makki
  • Imam Abu ‘Amr al-Basri
  • Imam Ibnu Amir 
  • Imam ‘Asim al-Kufi
  • Imam Hamzah 
  • Imam al-Kisā’i
  • Imam Abu Ja‘far
  • Imam Ya‘qub
  • Imam Khalaf al-‘Asyir

Mereka adalah perawi utama qira’at mutawatir yang hingga kini menjadi dasar pembelajaran Al-Qur’an di berbagai penjuru dunia.

Muqri’ adalah gelar ilmiah yang sangat tinggi dalam tradisi Al-Qur’an. Istilah ini merujuk kepada guru Al-Qur’an bersanad yang menguasai ilmu qira’at, tajwid, hafalan, serta tradisi talaqqi. Mereka berperan sebagai penjaga otoritas bacaan Al-Qur’an dan memastikan kemurnian bacaan tersebut terus terjaga dari generasi ke generasi.

Di era modern, peran muqri’ semakin penting karena banyak umat Islam yang ingin kembali belajar Al-Qur’an secara bersanad untuk mendapatkan bacaan yang benar, mendalam, dan sesuai tradisi salaf. Memahami kedudukan muqri’ bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mendorong kita lebih menghargai proses panjang yang menjaga kemurnian kitab suci umat Islam.

Posting Komentar untuk "Apa Itu Muqri’? Memahami Peran, Syarat, dan Keutamaannya dalam Ilmu Qira’at"